Minggu, 08 Maret 2020

Penggunaan ما



Penggunaan ما ( ما استعملات)

Fungsi dan makna ما dalam kalimat ada bermacam-macam:
1.      استفهام (kata tanya). Apa, mana, berapa, siapa. Contoh:
Apa ini?        ما هذا؟
Siapa nama anda?      ما اسمك؟
Mana alamat anda?      ماعنوانك؟
Berapa nomor telepon anda?     ما رقم تلفونك؟
Hari kiamat, apa hari kiamat itu?    القارعة, ما القارعة؟

2.      نفى ( negasi), tidak, bukan. Contoh:
ما عندى كتا ب
Saya tidak punya kitab
ما نافع البخل
Tidak bermanfaat kikir itu
ما أردت الاالتوفيق بينهما
Saya tidak menghendaki kecuali persesuaian/kesepakat  antara mereka
ما ظلمهم الله ولكن كانو أنفسهم يظلمون
Allah tidak lalim terhadap mereka, tetapi mereka yang lalim terhadap diri sendiri


3.      اسم موصول
ما  sebagai isim maushul sering diterjemahkan dengan hal, barang sesuatu dan sebagainya. Contoh:
ما أذا عنه و زارة الإعلا ما صحيح
Benarkah hal-hal yang disiarkan Departemen Penerbangan?
والله ما فى السماوات و ما فى الآرض
Segala sesuatu yang di langit dan di bumi adalah milik allah
ربنا إنك تعلم ما نخفى وما نعلن
Ya tuhan! Kau mengetahuin hal-hal yang kami sembunyikan
هل عرفتَ ما فى جيى؟
Apa anda tahu barang  yang di dalam kantongku?
4.      ما  yang berfungsi sebagai مصدرية, yaitu ما yang bersama fiil yang  dibelakangnya dapat digantikan oleh mashdar-nya dan diterjemahkan sesuai dengan mashdar. Contoh:
ذلك جزيناهم بما كفروا ( يكفرهم )
Demikianlah kami  hukum mereka disebabkan kekufurannya
وجزاهم بما صبروا ( بصبرهم )
Allah memberi balasan karena kesabaran mereka
جلس الأولاد مثل ما جلس المستريحون ( مثل جلوس )
Anak-anak duduk seperti duduknya orang-orang yang beristirahat
لا تخلفوا بعد ما عرفتم عاقبة الا ختلاف ( بعد معرفتكم )
Janganlah berselisih setelah anda mengetahui akibat perselisihan

5.      ما yang berfungsi sebagai syarth
ما تلق من خير فا حمد الله عليه
Apapun saja yang kau belanjakan dalam rangka pendidikan anak-anakmu tidak hilang sia-sia
ما تفعلوا من خير يعلمه الله
Apapun kebaikan yang anda lakukan niscaya allah ketahui
ما تقدموا من معونة تحمدوا بها
Apapun bantuan yang anda berikan niscaya anda dipuji

6.      ما yang difungsikan untuk membentuk ta’ajjub atau mengemukakan rasa kagum. Contoh:
ما أجملَ النظر   
Indah benar pemandangan itu!
ما أَشَدَّ حمرةَ الزهر                 
Merah benar bunga itu?
ما أعظمَ الاثارَ المصرية
Alangkah hebatnya peninggalan mesir!
ما أطولَ الليل على من لم ينم
Panjang benar malam itu bagi orang yang tidak tidur!
7.      ما  yang berfungsi menunjukkkan tentang waktu. Contoh:
اجتهدْ ما استطعتَ    
Bersungguh-sungguhlah / berijtihadlah selama anda mampu             

أنت مالك سرِّكِ ما لم تُفْشِه 
Anda menguasai / memiliki rahasia anda selama anda tidak membocorkannya
المُتَّهَمَ بَرِىْ ما لم يَقُمْ الدليل على صِدْق اتِّها مه     
Tertuduh tidak bersalah selama belum ada bukti atas kebenaran tuduhan terhadap dia



Penggunaan ما ( ما استعملات)

Fungsi dan makna ما dalam kalimat ada bermacam-macam:
1.      استفهام (kata tanya). Apa, mana, berapa, siapa. Contoh:
Apa ini?        ما هذا؟
Siapa nama anda?      ما اسمك؟
Mana alamat anda?      ماعنوانك؟
Berapa nomor telepon anda?     ما رقم تلفونك؟
Hari kiamat, apa hari miamat itu?    القارعة, ما القارعة؟

2.      نفى ( negasi), tidak, bukan. Contoh:
ما عندى كتا ب
Saya tidak punya kitab
ما نافع البخل
Tidak bermanfaat kikir itu
ما أردت الاالتوفيق بينهما
Saya tidak menghendaki kecuali persesuaian/kesepakat  antara mereka
ما ظلمهم الله ولكن كانو أنفسهم يظلمون
Allah tidak lalim terhadap mereka, tetapi mereka yang lalim terhadap diri sendiri


3.      اسم موصول
ما  sebagai isim maushul sering diterjemahkan dengan hal, barang sesuatu dan sebagainya. Contoh:
ما أذا عنه و زارة الإعلا ما صحيح
Benarkah hal-hal yang disiarkan Departemen Penerbangan?
والله ما فى السماوات و ما فى الآرض
Segala sesuatu yang di langit dan di bumi adalah milik allah
ربنا إنك تعلم ما نخفى وما نعلن
Ya tuhan! Kau mengetahuin hal-hal yang kami sembunyikan
هل عرفتَ ما فى جيى؟
Apa anda tahu barang  yang di dalam kantongku?
4.      ما  yang berfungsi sebagai مصدرية, yaitu ما yang bersama fiil yang  dibelakangnya dapat digantikan oleh mashdar-nya dan diterjemahkan sesuai dengan mashdar. Contoh:
ذلك جزيناهم بما كفروا ( يكفرهم )
Demikianlah kami  hukum mereka disebabkan kekufurannya
وجزاهم بما صبروا ( بصبرهم )
Allah memberi balasan karena kesabaran mereka
جلس الأولاد مثل ما جلس المستريحون ( مثل جلوس )
Anak-anak duduk seperti duduknya orang-orang yang beristirahat
لا تخلفوا بعد ما عرفتم عاقبة الا ختلاف ( بعد معرفتكم )
Janganlah berselisih setelah anda mengetahui akibat perselisihan

5.      ما yang berfungsi sebagai syarth
ما تلق من خير فا حمد الله عليه
Apapun saja yang kau belanjakan dalam rangka pendidikan anak-anakmu tidak hilang sia-sia
ما تفعلوا من خير يعلمه الله
Apapun kebaikan yang anda lakukan niscaya allah ketahui
ما تقدموا من معونة تحمدوا بها
Apapun bantuan yang anda berikan niscaya anda dipuji

6.      ما yang difungsikan untuk membentuk ta’ajjub atau mengemukakan rasa kagum. Contoh:
ما أجملَ النظر   
Indah benar pemandangan itu!
ما أَشَدَّ حمرةَ الزهر                 
Merah benar bunga itu?
ما أعظمَ الاثارَ المصرية
Alangkah hebatnya peninggalan mesir!
ما أطولَ الليل على من لم ينم
Panjang benar malam itu bagi orang yang tidak tidur!
7.      ما  yang berfungsi menunjukkkan tentang waktu. Contoh:
اجتهدْ ما استطعتَ    
Bersungguh-sungguhlah / berijtihadlah selama anda mampu             

أنت مالك سرِّكِ ما لم تُفْشِه 
Anda menguasai / memiliki rahasia anda selama anda tidak membocorkannya
المُتَّهَمَ بَرِىْ ما لم يَقُمْ الدليل على صِدْق اتِّها مه     
Tertuduh tidak bersalah selama belum ada bukti atas kebenaran tuduhan terhadap dia

SOLUSI ADAPTIF DAN KELAYAKAN UNTUK KEPEMIMPINAN TERHADAP PERMASALAHAN INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP ORGANISASI


SOLUSI ADAPTIF DAN KELAYAKAN UNTUK KEPEMIMPINAN TERHADAP PERMASALAHAN  INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP ORGANISASI



Dosen Pengampu:
Dr. Kms. Badaruddin, M.Ag
                        Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I


Oleh:
1.  Supriyanti       19102012014
2.  Resti Cahyanti  19102012011



PROGRAM MAGISTER (S2)
STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori-Teori Kepemimpinan” dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas dan dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman .
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi maklah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada maklahh ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Palembang, Oktober 2019
                                                                                                             Penulis

                                         Kelompok 6





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................   i
KATA PENGANTAR.........................................................................   ii
DAFTAR ISI.........................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................   1
1.        Latar Belakang.................................................................................   1
2.        Rumusan Masalah............................................................................   2
3.        Tujuan...............................................................................................   3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................   2
1.        Pengertian Masalah Organisasi ........................................................   3
2.        Sumber-sumber Masalah Organisasi.................................................   4
3.        Cara-cara Mengendalikan Masalah Organisasi ................................   5
4.        Model Organisasi Yang Adaptif .....................................................   10
5.        Pembaruan Organisasi Yang Adaptif ................................................   12
6.        Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan .....................   14
7.        Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ......   18
8.        Kepemimpinan Yang Efektif di dalam Kelompok dan Organisasi ...   19
BAB III PENUTUP................................................................................   20
1.        Kesimpulan.........................................................................................   21
2.        Saran...................................................................................................   21
Daftar Pustaka ……………………………………………………….      22


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam dunia yang selalu berubah, satu-satunya yang tak berubah adalah perubahan itu sendiri. Dewasa ini, para manajer menghadapi tekanan  dan peluang yang makin kompleks sekaligus menantang. Mereka mesti mewujudkan efisiensi penggunaan sumber daya dan pada saat bersamaan, menemukan cara-cara untuk meraih efektivitas jangka panjang organisasi. Dalam istilah efektivitas tercakup kemampuan organisasi mengidentifikasi pilihan-pilihan yang tepat bagi masa depan. Efektivitas juga butuh kemampuan beradaptasi agar tugas-tugas baru ini mampu diwujudkan. Maka, efektivitas  mencakup kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah-ubah.
Tugas merencanakan, mengimplementasikan, dan mengelola perubahan akan tetap menjadi salah satu tantangan utama para manajer, baik disektor public maupun swasta. Di sector manufaktur, perbankan, pendidikan, dan layanan kesehatan, perubahan bias dikatakan  sudah menjadi norma. Inti setiap program perubahan besar adalah proses penentuan strategi. Sebagian menyebutkannya strategic choice. Namun pada istilah tersebut, tersirat proses pemilihan secara sadar dan rasional, hal itu tidak sepenuhnya menggambarkan bagaimana stategi “terbentuk”. Mintzberg memandang stategi cenderung sebagai hal yang muncul dan terbentuk tanpa mesti melewati aktifitas perencanaan strayegi secara eksplisit. Hal ini tak berarti strategi tak rasional, dan juga bukan berarti taka da proses pemilhan. Strategi mungkin muncul dan terbentuk dari serangakaian “pilihan”, sebagian eksplisit dan sebagian lagi lebih bersifat implisit.
1
 
 Perubahan pada sektor pendidikan pada dasarnya terjadi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Marsus Suti mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaaan pendidikan secara efektif dan efisien suntuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tersebut. Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan anatara lain: kesiapan dan motivasi siswa, kemampuan guru profesional, kurikulum,sarana prasarana dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan program pendidikan sekolah.
Untuk mencapai tujuan peningkatan mutu pendidikan dibutuhkan proses yang sangat panjang, sehingga dalam proses tersebut munculah berbagai masalah yang dihadapi baik masalah internal maupun eksternal dari setiap satuan pendidikan. Masalah yang dihadapi pada setiap satuan pendidikan itu berbeda-beda. sehingga untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan cara yang tepat dalam mengatasi permasalahan. Untuk itu kami membahas judul  Solusi Adaptif dan Kelayakan Untuk Kepemimpinan Terhadap Permasalahan Internal dan Eksternal Organisasi.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Masalah Organisasi?
2.    Apa saja sumber-sumber Masalah Organisasi?
3.    Bagaimana cara mengendalikan Masalah Organisasi?

C.       Tujuan Masalah
1.    Menjelaskan tentang Masalah Organisasi
2.    Menjelaskan tentang sumber-sumber Masalah Organisasi
3.    Untuk mengetahui cara mengendalikan Masalah Organisasi






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masalah Organisasi
Menurut bahasa, konflik (Masalah Organisasi) dapat diartikan dengan perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Konflik merupakan masalah yang serius dalam setiap organisasi. Selain itu konflik dapat pula diartikan dengan perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Dalam istilah Al-quran, konflik itu sinonim dengan kata ”ikhtilaf” yang terdapat dalam al-quran surah Al-Baqarah (2): 176. Dan surah Ali-Imran (3): 105:
ذٰلِكَ بِأّنَّ اللّٰهَ نَزَّلَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ قلى وَإِنَّ الَّذِيْنَ الخْتَلَفُوا فِى الْكِتٰبِ لَفِى شِقَاقٍ بَعِيْدٍ (۱۷٦)
Yang demikian itu adalah karena Allah  telah menurunkan Al- Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang  jauh. (QS. Al-Baqarah (2): 176).[1]
وَلَأ تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بّعْدِ مَا جَاّءَهُمُ الْبّيِّنٰتُ ج وَأُوْلٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ (۱۰۵)
Dan jangnalah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang  jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali-Imran (3): 105).[2]

3
 
Konflik dalam terminologi Al-Quran sepadan kata “ikhtilaf” yang berarti berselisih/berlainan (to be at variance); menemukan sebab perbedaan (to find cause of disagrement); berbeda (to differ); mencari sebab perselisihan (to seek cause of dispute), dan sebagainya. Konflik juga dapat dikatakan merupakan suasana batin yang berisi kegelisihan karena pertentangan dua motif atau lebih, yang mendorong seseorang berbuat dua motif atau lebih kegiatan yang saling bertentangan untuk waktu yang bersamaan. Konflik pada hakikatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atua lebih. Konflik organisasi (organization conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membai sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi[3].
Konflik dapat diibaratkan “pedang bermata dua”, di satu sisi dapat bermanfaat jika digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, di sisi lain dapat merugikan dan mendatangkan malapetaka jika digunakan untuk bertikai atau berkelahi. Demikian halnya dalam organisasi, meskipun kehadiran konflik sering menimbulkan ketegangan, tetap diperlukan untuk kemajuan dan perkembangan organisasi. Dalam hali ini, konflik dapat menjadi energi yang dahsyat jika dikelola dengan baik, bahkan dapat dijadikan sebagai alat untuk melakuakn perubahan, tetapi dapat menurukan kinerja jika tidak dapatdikendalikan[4].

Dengan demikian dapat disimpulkan konflik adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal atau interpersonal) antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan, emosi/psikologi dan nilai.

B.  Sumber-sumber Masalah Organisasi
Sumber-sumber Masalah Organisasi dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
a.    Biososial: para pakar menejemen menempatkan frustasi-agresi sebagai sumber konflik. Berdasarkan pendekatan ini frustasi sering menghasilkan agresi yang mengarah pada terjadinya konflik. Frustasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspektasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya.
b.    Kepribadian dan interaksi; termasuk didalamnya kepribadian yang abrasif (suka menghasut), gangguan psikololgi, kemiskinan, ketrampilan interpersonal, kejengkelan, persaingan (revalitas), perbedaan gaya interkasi, ketidaksederajatan hubungan.
c.    Struktural: banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat. Kekuasaaan, status, dan kelas merupakan hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi manusia, gender, dan sebagainya.
d.   Budaya dan Ideologi: intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan dari perbedaan politik, sosial, agama, dan budaya. Konflik ini juga timbul di antara masyarakat karena perbedaan sistem nilai.
e.    Konvergensi (gabungan) : dalam situasi tertentu sumber-sumber konflik itu menjadi satu, sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.[5]

C.  Cara-cara Mengendalikan Masalah Organisasi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dalam kepemimpinannya untuk mengatasi atau mengendalikan konflik, yaitu:
a.    Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.
b.    Cara lain yang sering ditempuh untuk mengatasi situasi konflik ialah dengan meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan argumentasi kuat  mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran itu dibalik, pihak yang tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu gagasan seolah-olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya menentang satu gagasan seolah-olah mendukungnya. Setelah itu masing-masing pihak diberi kesempatan untuk melihat posisi orang lain dari sudut pandang pihak lain.
c.    Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang manajer yang bertugas memimpin suatu kelompok, untuk mengambil suatu keputusan, atau memecah masalah secara efektiif, perlu memiliki kemahiran menggunakan kekuasaan atau kewenangan yang melekat para perannya.[6]

Selain itu, ada beberapa cara untuk mengatasi konflik menurut Nader and Todd dalam salah satu bukunya The Disputing Proses Law inTen Societies, yaitu:
a.    Bersabar (Lumping) yaitu suatu tindakan yang merujuk pada sikap untuk mengabaikan konflik begitu saja atau dengan kata lain isu-isu dalam konflik itu mudah untuk dibaikan, meskipun hubungan dengan orang yang berkonflik itu berlanjut, karena orang yang berkonflik kekurangan informasi atau akses hukumnya tidak kuat. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Nur (24): 4:
وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوْا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاّءَ فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمٰنِيْنَ جَلْدَةً وَلَأ تَقْبَلُوْا لَهُمْ شَهٰدَةً أَبَدًاج  وَأُوْلْٰئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ (٤)
Dan  orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka, buat selama-lamanya dan mereka itulah orang yang fasik. (QS. Al-Nur (24): 4).[7]
b.      Penghindaran (Avoidance), yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungannya dengan cara meninggalkannya. Keputusan untuk meninggalkan konflik itu didasarkan pada perhitungan bahwa konflik yang terjadi atau dibuat tida memiliki kekuatan secara sosial, ekonomi, dan emosional.
c.  Kekerasan/paksaan (Coercion), yaitu suatu tindakan yang diambil dalam mengatasi konflik jika dipandang bahwa dampak yang ditimbulkan membahayakan. Firman Allah SWT dalam QS.Al-Hujurat (49): 9:
وَإِنْ طَاّئِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ القْتَتَلُوْا فَأَصْلِحُوْا بَيْنَهُمًاصلى فَإِنْ بَغَتْ إِحْدٰهُمَا عَلَى الْأُخْرٰى فَقٰتِلُوْا الَّتِى تَبْغِى حَتَّى تَفِىءَ إِلٰى أَمْرِ اللّٰهِج فَإِنْ فَاّءَتْ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوْاصلى إِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ (۹)
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku  adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Hujurat (49): 9)[8]
d.   Negosiasi (Negotiation), ialah tindakan yang menyangkut pandangan  bahwa penyelesaia konflik dapat dilakukan oleh orang-orang yang berkonflik secara bersama-sama tanpa melibatkan pihak ketiga. Kelompok tidak mencari pencapaian solusi dalam terms satu aluran, tetapi membuat aturan yang dapat mengorganisasi hubungannya dengan pihak lain,. Firman Allah SWT  dalam QS.Al-Syura (42): 37-38:
وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰئِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ (۳۷) وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَ أَقَامُوْا الصَّلَوٰةَ وَأَمْرُهُمْ شُورٰى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ (۳۸).
 Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji; dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada meraka. (QS. Al-Syura (42): 37-38).
e.       Konsiliasi (Conciliation), yaitu tindakan untuk membawa semua yang berkonflik ke meja perundingan. Konsiliator tidak perlu memainkan secara aktif satu bagian dari tahap negosiasi meskipun ia mungkin bisa melakukannya dalam batas diminta oleh yang berkonflik. Kondiliator sering menawarkan konstekstual bagi adanya negosiasi dan bertindak sebagai penengah. Untuk itu Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hujurat (49): 10:

إِنّمَأ  الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَاةُ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ج وَاتَّقُوْا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (۱۰)
Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-Hujurat (49):10).

f.       Mediasi (Mediation), hal ini menyangkut pihak ketiga yang ikut menangani/membantu menyelesaikan konflik agar tercapai persetujuan. Pihak ketiga ini bisa dipilih oleh pihak-pihak yang berkonflik atau perwakilan dari luar. Pihak-pihak yang berkonflik itu menyerahkan penyelesaian konflik kepada pihak ketiga tersebut. Sebagai contoh perhatikan kasus Hajar Aswad, yang kisahnya dapat dikemukakan sebgai  berikut:
Perselisihan timbul ketika Hajar Aswad (Batu Hitam) harus diletakkan ditempat semula. Tugas meletakkan batu yang disucikan itu merupakan suatu kehormatan yang amat tinggi. Perang saudara nyaris pecah dekat Ka’bah ketika keluarga Abdul Dar dan keluarga Adi bersepakat untuk tidak akan membiarkan kabilah manapun ikut campur tangan untuk melakukan tugas terhormat tersebut. Semua keluarga Abdul Dar yang hadir disana mencelupkan tangan mereka kedalam darah yang ditampung dalam sebuah cawan sebagai bukti tekad mereka. Melihat suasana panas tersebut, Abu Umayah Bin Mugiroh dari bani Makzum, selaku orang yang tertua diantara mereka, bangkit menangani dan mengajukan saran, yang lalu diterima oleh para pemuka kabilah tersebut, yakni: ”serahkanlah putusan kamu ini kepada orang yang pertama memasuki pintu Safa ini”. Beberapa saat mereka menanti dan ternyata orang yang pertama memasuki tempat tersebut adalah Muhammad Rasulloh. Melihat itu mereka serempak berseru:”Al-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima keputusanmu”.
Setelah mengetahui persoalannya, Muhammad Rasullah membentangkan serbannya. Selanjutnya ia mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad itu ditengah-tengah serban tersebut dan mengajak para pemuka kabilah memegang masing-masing sudut serban. Secara bersama-sama mereka mengangkat batu itu dengan serban hingga akhirnya Muhammad Rasullah sendiri mengangkat dan meletakkan batu itu ditempatnya.
g.    Arbitrasi (Arbitation), kedua belah pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak ketiga yang memiliki otoritas hukum dan mereka sebelumnya harus setuju unutk menerima keputusannya.
h.      Peradilan (Adjudication), hal ini merujuk pada intervensi pihak ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian konflik, apakah pihak-pihak yang berkonflik itu menginginkan atau tidak.[9]
Dari beberapa cara mengatasi konflik seperti diuraikan diatas dapat dipahami bahwa dasar-dasar penangan konflik itu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) penyelesaian konflik yang dilakukan sendiri-sendiri, (2) dengan perwakilan, dan (3) kehadiran pihak ketiga.

D.      Model Organisasi Yang Adaptif
  Ada banyak cara bagaimana organisasi merespon tantangan perubahan. Dari berbagau cara ini, tentu ada saja yang tidak efektif dan bahkan mungkin berakibat destruktif. Sebuah Model yag ditawarkan David Miller seorang pakar perubahan perubahan mengusulkan sebuah model yang cukup baik dengan menggunakan dua sumbu: derajat perubahan, derajat keadaptasian atau fleksibilitas sebuah organisasi (Miller, 2001). Dari model ini dia mengusulkan empat tipe organisasi. Tipe-tipe itu adalah: satisficing, sluggish thermoastat, reactive, dan  renewing transformational.[10]





 




                                   

Dengan pemahaman ini organisasi bisa menjalankan gaya adaptif yang berbeda.
1.      Satisficing management (lingkungan stabil, adaptasi tinggi)
Kondisi yang ditunjukkan dalam tipe ini adalah “cukup memuaskan”, atau bisa juga memadai atau rata-rata. Dalam tipe ini, biasanya organisasi akan lebih terpusat, pengambilan keputusan biasanya dibuat oleh manajemen puncak, dengan berkoordinasi lewat komite. Perubahan dijalankan dengan relative cukup baik, mengejar industry dan kemudian ada relative tertinggi dari perilaku yang sangat maju. Tekanan yang dihasilkan dari lingkungan biasanya juga tidak terlalu kuat. Bagaimanapun bila organisasi tidak berubah, maka kinerjanya akan menurun.
2.      Sluggish thermostat manajement (lingkungna stabil, adaptasi rendah)
Keengganan untuk berubah biasanya sampai dengan biaya untuk berubah dipandang sesuai. Banyak yang “malas” berubah karena menyetel termostatnya begitu rendah sehingga mereka tidak begitu sensitive terhadap perubahan. Pada dasarnya, sluggish management  adalah gaya manajemen yang keputusannya berdasarkan pada resiko yang rendah, dengan prosedur formal dan derajat kontrol yang sangat tinggi. Tujuan juga dianggap stabil, dan sangat terpusat. Lebih banyak levelnya, begitu juga rasio antara supervisor/bawahan juga tinggi, dan sistem kontrol yang tinggi.
Tradisi dianggap penting disini dalam menjalankan yang sudah berhasil adalah mengganggap penting senioritas daripada kinerja. Dan ini bisa membuat penerimaan dan penerapan ide-ide baru akan sering mendapat tantangan.
3.      Reactive management (lingkungan yang hypertubulent, adaptasi rendah)
Situasinya memiliki lingkungan yang cepat sekali berubah. Tapi adaptasi sangat rendah atau lamban. Yang diubah hanya terkait dengan gonta-ganti karyawan, pemberhentian karyawan. Dalam menghadapi masalah, biasanya selalu menunggu hingga masalahnya sudah sangat serius, sehingga tidak bisa diabaikan lagi dan mengambil tindakan korektif yang drastis.
4.      Renewing transformational management ( lingkungan hyperturbulent, adaptasi tinggi)
Oraganisasi yang berada pada lingkungan yang turbulence, seharusnya juga proaktif dalam mengambil peluang dan inovasi. Mereka lebih cepat mengembangkan gagasan, lebih responsif dengan perubahan pesaing, (sensitif thermostat) dan lebih banyak karyawan yang berparsipasi aktif. Tipe pembaruan organisasi ini terkait dengan memperkenalkan perubahan untuk berurusan dengan deal dengan kondisi masa depan, sebelum kondisi yang aktualnya hadir. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan seperti  General Electrik, 3M, atau IBM adalah perusahaan-perusahaan dengan tipe ini. Pembaruan dan perubahan memberikan peluang untuk bertumbuh atau meningkatkan ketidakmampuan untuk berubah.[12]




E.  Pembaruan Organisasi Yang Adaptif
Kita menyadari betapa perubahan akan selalu menjadi tantangan bagi organisasi dan bila gagal meresponnya dengan baik sering melibatkan “ongkos” yang besa untuk mempertahankan keberlangsungannya. Agar dapat efektif, organisasi harus memiliki sistem yang baik, dimulai dari kemampuan dan wawasan karyawannya. Perilaku perubahan manusia dan proses organisasi untuk dibutuhkan untuk menjadi lebih adaptif dan fleksibel. Para aktivis PO tidak boleh lengah untuk terus menginformasikan pada para karyawan perubahan apapaun itu, baik yang bersifat rasio harus menjadi agenda penting.
Gaya manajemen yang dikembangkan harus cocok dengan situasi perubahan yang terjadi. Sebuah program PO yang berhasil untuk sebuah situasi, belum tentu sesuai dengan situasi yang lain. Tanpa perencanaan yang sistematis, program pembaruan (renewal) akan sulit sekali mencapai keunggulan. Karena itu, pembaruan (renewal) kita merumuskan sebagai proses yang berkelanjutan dalam membangun inovasi dan adaptasi atas organisasi. Robert Waterman, seorang konsultan manajement perubahan yang terkenal di masa 1990-an memberi saran untuk menjalnkan pembaruan perusahaan.[13]
Daftar berikut menjelaskan delapan faktor yang dianggap penting dalam pembaruan, yaitu:
1.    Peluang berbasis informasi
Selalu memperbarui arah organisasi, dengan landasan informasi atas peluang. Maksudnya, peluang yang ingin diekspor merupakan hasil analisis, bukan sekedar insting manajer belaka. Terutama dengan analsis berbagai informasi sebagai kunci dan fleksibilitas, sekaligus sebagai senjata strategis.

2.    Pengarahan dan pemberdayaan
Memperlakukan setiap orang sebagai sumber input yang kreatif. Kadang atasan menyerahkan sebagian kontrol dan wewenang ke bawahannya untuk memperoleh yang lebih penting yaitu hasiln kerja.

3.    Friendly facts
Memperlakukan fakta sebagai hal penting dan kontrol keuangan sebagai sesuatu yang membebaskan, karena dengannya keputusan-keputusan dapat diambil. Faktor ini menjelaskan untuk pengambilan keputusan perusahaan menghindari hanya mengandalkan opini. Bila dikaitkan dengan konsep lain, faktor ini selaras dengan konsep pembelajaran organisasi di mana organisasi semakin lama semakin “pintar”. Aspek ini juga memberikan penekanan bahwa pembaruan organisasi berdasrkan prosedur dan mekanisme tertentu, bukan hanya mengandalkan tindakan yang random.
4.    Berbagai perspektif
Mereka yang terlibat dalam pengembangan organisasi, terutama para pemimpin menjaga kemapuannya dalam mengantisipasi krisis dengan menghargai informasi dari berbagai sumber. Dengan demikian, mereka dapat melihat satu persoalan dari berbagai perspektif yang penting.
5.    Tim kerja dan saling percaya
Para karyawan yang berperan sebagai pembaru secara terus-menerus mengguankan tim kerja dan dapat dipercaya sebagai model penting. Sedapat mungkin dan penting bagi mereka menghindari politik kantor yang bertentangan dengan tujuan tim atau organisasi. Aspek saling percaya menjadi kunci keberhasilan tim sehingga ini akan menjadi penekanan khusus.
6.    Stability in mation
Melakukan pembaruan harus juga memperhatikan stabilitas. Diharapkan perubahan –perubahan yang terjadi tidak perlu merusak hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, dan yang memang harus berjalan. Dalam istilah entrepreneur ini adalah keseimbangan antara delivery (hal yang sudah berjalan) dan exploration (hal yang belum terjadi).
7.    Sikap dan perhatian
Dala memperbarui perusahaan bagaimana manajemen bersikap serba tuntas (get things done) sangat penting. Artinya organisasi ada perhatian yang kuat atas eksekusi dan mengandalkan tindakan (aksi).
8.    Tujuan dan komitment
Organisasi yang memperbarui diri dengan dasar tujuan tertentu: komitmen untuk mencapai hasil berasal dari kemampuan manajemen untuk menjadikan tujuan utama dan kemudian mencapai tujuan yang kecil. Dengan demikian sebuah upaya pembaruan akan terus melibatkan lebih banyak orang untuk berkontribusi bersama.[14]

Salah satu dilema untuk berubah adalah: kita semua membutuhkan stabilitas, tapi stabilitas ini adalah salah satu kendala besar untuk berubah. Kenapa perubahan sulit berhasil? Mungkin karena budaya yang sudah mengakar dan menjadi bagian bagaimana orang bekerja dan mengubah dirinya. Harus dikembangkan orientasi yang selalu adaptif dengan perubahan dan tantangan ketidakpuasan akan selalu dihadapi.
F.  Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab setiap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika pemimpin tidak dapat membuat keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat menjadi pemimpin. Kepentingan mendasar dari pengambilan keputusan ini ditunjukkan dengan adanya pembahasan khusus tentang hal ini dalam berbagai disiplin ilmu, filsafat, ekonomi, matematika dan ilmu-ilmu sosial telah memberikan kontribusi bagi pengertian yang lebih baik bagaimana sebuah keputusan dibuat, atau seharusnya dibuat.
Pengambilan keputusan dalam tinjauan prilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
a.       Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganlisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, disini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.
b.        Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana  seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganlisis data; manajer secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi, terutama informasi bisnisnya.
c.       Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.[15]

Dengan demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin sehingga permasalahan dapat dituntaskan. Dalam pelaksanaanya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan.

1.      Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:
a.    Identifikasi masalah
b.    Mendefinisikan masalah
c.    Memgformulasikan dan mengembangkan alternatif
d.   Implementasi keputusan
e.    Evaluasi keputusan

Sementara itu, tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.          Tetapkan masalah
b.         Identifikasi kriteria keputusan
c.          Alokasikan bobot pada kriteria
d.         Kembangkan alternatif
e.          Evaluasi alternatif
f.          Pilih alternatif terbaik
2.      Gaya Pengambilan Keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah Learn habbit atau kebiasaan yang dipelajari. Riset tentang gaya pengambilan keputusn telah mengidentifikasi empat gaya individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
a.         Cara berpikir, terdiri dari:
1)   Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
2)   Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
b.         Toleransi terhadap ambiguitas
1) Kebutuhan yang tinggi untuk mentruktur informasi dengan   cara meminimalkan ambiguitas
2) Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur onformasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama
Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghasilkan gaya pengambilan keputusan:
a.    Direktif (toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasional) efisien, mengambilan keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek.
b.    Analitik (toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas) pengambilan keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c.    Konseptual (toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif) berorientasi jangka panjang, sering kali menekan solusi kreatif atas masalah
d.        Behavioral (toleransi ambiguitas rendah dan intuitif) mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan

Berdasarkan uraian tentang devinisi, proses dan gaya pengambilan keputusan, sebagai kontribusi dalam upaya peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, berikut adlah langkah yang perlu ditempuh:
a.    Cerna masalah
Sejalan dengan jalan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dengan metode. Peran pemimpin mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
b.      Identifikasi alternative
Kemampuan untuk memperoleh alternative yang relevan sebanyak-banyaknya.

c.       Tentukan prioritas
Memilih di antara banyak alternative adalah esensi dari pengambilan keputusan.
d.      Ambil langkah
Uapaya pengambilan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.[16]

G.  Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Para manajer harus memperhitungkan kisaran yang lebih luas dari berbagai konsekuensi dari arah tindakan yang mungkin daripada di asumsikan oleh pendekatan ilmu manajemen di saat-saat awalnya. Seorang peneliti Amerika yang bernama Nicholas Nicholaidis menganlisi keputusan administrative oleh para pejabat disektor publik. Jauh dari keputusan-keputusan yang didasari secara murni oleh dasar-dasar yang logis, ia menemukan campuran yang kuat antara emosi, politik kekuasaan, pengaruh orang-orang lainnya dan nilai-nilai pengambilan keputusan individual tersebut sendiri. Lebih jauh lagi, para pengambil keputusan jarang mengusahakan pemecahan terbaik atau optimum sebagaimana direkomendasikan oleh buku-buku teks manajemen, dengan cenderung mencari kompromi yang memuaskan di antara dua arah tindakan atau keputusan atau lebih, yaitu:
a.       Sesuai, setidaknya sampai tingkat tertentu, dengan kepentingan, nilai, dan kebutuhan pribadi mereka sendiri.
b.      Memenuhi standar nilai para penyelia mereka.
c.       Dapat diterima baik oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut maupun oleh mereka yang harus melaksanakan.
d.      Terlihat wajar dalam konteksnya.
e.    Memuat pembenaran yang melekat di dalamnya yang akan memberikan alasan, atau kemungkinan sebuah jalan mundur, dalam hal hasil aktual dari keputusan tersebut ternyata sangat berbeda dengan yang diantisipasinya.

Sampai sejauh mana Nicholaidis merupakan seorang pengamat yang akurat dan adil terbuka untuk diperdebatkan, tetapi penelitiannya ini adalah umum dalam banyak hal yang menekankan unsur-unsur yang jelas tidak logis yang bekerja dalam cara berpikir seorang manajer, seperti adanya emosi yang kuat dan pengaruh nilai pribadi.
Terdapat satu faktor yang terutama merintang pendekatan langkah demi langkah yang seksama terhadap pengambilan keputusan-sering kali tidak terdapat cukup banyak waktu. Jadi anda tidak dapat mengumpulkan semua informasi yang penting dan relevan, tidak pula melakukan evaluasi yang seksama terhadap pilihan-pilihan. Para manajer setuju bahwa tampaknya tidak tersedia “waktu berpikir” yang memadai.
Adanya frasa-frasa seperti “pengaruh orang lain”, dan “politik kekuasaan” menunjukkan faktor kunci lainnya yang tidak terdapat menurut pandangan klasik terhadap pengambilan keputusan manajerial-sentralitas manusia.
H.      Kepemimpinan  Yang Efektif  Di Dalam Kelompok dan Organisasi
Kriteria yang dipilih untuk mengevaluasi efektivitas kepemimpinan mencerminkan konsep yang eksplisit dan implisit dari peneliti tentang apa yang dimaksud dengan kepemimpinan. Kriteria yang banyak penelitian mengenai efektivitas kepemimpinan (mis. Kepuasan dan kinerja bawahan) mencerminkan sebuah konsep mengenai kepemimpinan sebagai sesuatu yang dilakukan seorang pemimpin untuk mempengaruhi sikap dan motivasi dari para pengikut secara individual. Pandangan tersebut mengenai kepemimpinan sebagai sebuah proses yang uniteral  dan dyadic terlalu sempit; kepemimpinan adalah sebuah kelompok maupun sebuah proses organisasi. Salah satu jalan untuk mengevaluasi kepemimpinan adalah dalam kaitannya dengan kontribusinya terhadap efektivitas kelompok dan organisasi memberi pengetahuan yang penting mengenai proses-proses kepemimpinan dan kriteria yang relevan untuk mengevaluasi efektivitas kepemimpinan.






















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pengertian Masalah Organisasi (konflik) adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal atau interpersonal) antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan, emosi/psikologi dan nilai
Sumber-sumber Masalah Organisasi Biososial, Kepribadian dan interaksi, Struktural, Budaya dan Ideologi, Konvergensi (gabungan)
Cara mengendalikan Masalah Organisasi  yaitu: Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya , Cara lain yang sering ditempuh untuk mengatasi situasi konflik ialah dengan memiinta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan argumentasi kuat, Kewenangan pimpinan sebgai sumber kekuatan kelompok. Seorang manajer yang bertugas memimpin suatu kelompok.
B.      Saran
Demikianlah hasil makalah dari kelompok kami, semoga bisa di jadikan referensi di dalam proses belajar mengajar, apabila terjadi kesalahan dalam pengetikan atau pembahasan penulis mohon maaf. Semoga terdapat kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi baiknya makalah kami di kedepannya.










DAFTAR PUSTAKA

Fremont E.Kast & James E. Rosenzweig,2002,Organisasi dan Manajemen, Jakarta:Bumi Aksara    
 H.E.Mulyasa, 2012,Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
M.Taufiq Amir, 2019,  Perilaku Organisasi,Jakarta:Prenadamedia Grup
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2010, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada








21
 
 


[1]Al-Quran dan  terjemahanya, Departemen Agama RI, 2008, Bandung: Syaamil Qur’an, hal. 26
[2] Ibid, hal. 63
[3]Fremont E.Kast & James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen, hal. 258, 2002, Jakarta:Bumi Aksara            
[4]H.E.Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, hal. 259, 2012, Jakarta: Bumi Aksara
[5]Ibid., hal. 301
[6] M.Taufiq Amir, Perilaku Organisasi, ,2019, Jakarta:Prenadamedia Grup hal.57               

[7] Al-Quran dan  terjemahanya… , hal. 350
[8] Al-Quran dan  terjemahanya… , hal. 516
[9]M.Taufiq Amir, Perilaku Organisasi, ,hal. 89-93        

[10]M.Taufiq Amir, Perilaku Organisasi, hal.128-129 ,2019          
[11](Sumber: Brown & Hervey, 2011, h.38)
[12]Fremont E.Kast & James E. Rosenzweig, Organisasi …op.cit., hal. 258  
[13]Brown & Harvey, Kepemimpinan dan Organisasi,2011, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal 112-113
[14]Ibid, hal. 179
[15] Ibid, hal. 183
[16] Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, hal 158-159, 2010. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Penggunaan ما

Penggunaan ما ( ما استعملات ) Fungsi dan makna ما dalam kalimat ada bermacam-macam: 1.       استفهام (kata tanya). Apa, man...